Selasa, 04 Desember 2012
History of Karate
Menurut legenda, evolusi karate
dimulai lebih dari ribuan tahun yang lalu, kemungkinan pada awal abad ke-5 SM
ketika Bodhidharma tiba di kuil Shaolin, China dari India dan mengajarkan Zen
Buddhisme. Dia juga memperkenalkan serangkaian latihan sistematis yang didesain
untuk memperkuat pikiran dan tubuh, latihan-latihan yang disebut-sebut sebagai
awal gaya tinju Shaolin. Pelajaran yang diberikan Bodhidharma kemudian menjadi
dasar mayoritas seni bela diri China. Sesungguhnya, asal karate tidak jelas dan
sedikit yang diketahui mengenai awal pengembangan karate sampai ia
diperlihatkan di Okinawa
Okinawa merupakan pulau kecil dari
sekelompok pulau yang membentuk Jepang modern. Okinawa merupakan pulau utama
dari untaian Pulau Ryuku yang membentang dari Jepang ke Taiwan. Di kelilingi
oleh koral, Okinawa memiliki luas kurang lebih 10 km dan panjang hanya 110 km,
terletak 740 km di timur dataran China, 550 km di Selatan dataran utama Jepang
dan 550 km di utara Taiwan. Okinawa menjadi jalur yang disinggahi mayoritas
rute perdagangan, sebagai titik peristirahatan yang pertama kali ditemukan oleh
orang Jepang. Kemudian Okinawa dikembangkan menjadi pusat perdagangan di Asia
Tenggara, perdagangan dengan Jepang, China, Indo China, Thailand, Malaysia,
Borneo (Kalimantan), dan Filipina
Pada tahap awal, bentuk asli seni
bela diri karate mirip dengan pertarungan dengan tangan (tapak) yang
dikembangkan di Okinawa dan disebut Te atau tangan. Larangan penggunaan
senjata, membuat orang-orang Okinawa terdorong untuk menyempurnakan teknik
tangan kosong yang dilatih secara diam-diam. Penyempurnaan lebih lanjut muncul
dari pengaruh seni bela diri lain yang dibawa oleh para bangsawan dan pedagang
ke pulau tersebut
Pengembangan lebih lanjut dilakukan
selama bertahun-tahun, terutama di tiga kota Okinawa, yaitu Shuri, Naha, dan
Tomari. Masing-masing
kota ini merupakan pusat dari kelas masyarakat yang berbeda, masing-masing
merupakan pusat masyarakat raja dan bangsawan, pedangang, petani dan nelayan.
Karena alasan ini, terdapat perbedaan bentuk seni pertahanan diri yang
dikembangkan di masing-masing kota, yang kemudian dikenal dengan Shuri-te,
Naha-te, dan Tomari-te. Secara kolektif mereka disebut Okinawa-te atau Tode,
“Chinese Hand”. Secara perlahan karate terbagi menjadi dua kelompok utama,
Shorin-ryu yang dikembangkan di Shuri dan Tomari, Shorei-ryu yang dikembangkan
di Naha. Shorin-ryu menekankan pada kecepatan, linier, dengan pola pernafasan
natural sementara Shorei-ryu menekankan pada kestabilan dan pernafasan yang
disinkronisasi dengan masing-masing gerakan. Menariknya, konsep dari kedua gaya
ini juga terdapat dalam bela diri kungfu.
Karakter huruf
China yang digunakan untuk menulis Tode juga dapat dibaca sebagai “Kara”, jadi
nama Te diganti dengan Karate-jutsu atau “Chinese Hand Art atau Seni Bela Diri
Tangan dari China” oleh para master dari Okinawa. Kemudian diganti menjadi
Karate-do oleh Gichin Funakoshi yang mengadopsi arti alternatif dari karakter
huruf “Chinese” yaitu “Kara” yang berarti “kosong”. Mulai saat itu istilah
karate diartikan sebagai “tangan kosong”. Do dalam kata karate-do berarti
“cara” atau “pedoman” dan sebagai indikasi tata tertib dan filosofi dari karate
yang dikonotasikan dengan moral dan spiritual.
Do menjadi
konsep yang lazim, setidaknya sejak kelahiran pelajar dari Okinawa, Teijinsoku
pada tahun 1663, seperti yang dia tulis di puisinya:
Tidak perduli
seberapa hebat seni Te Anda
Dan ilmu pengetahuan Anda
Tidak ada yang lebih penting dari perilaku Anda
Dan perikemanusiaan Anda dalam kehidupan sehari-hari
(Nagamine, 1976)
Dan ilmu pengetahuan Anda
Tidak ada yang lebih penting dari perilaku Anda
Dan perikemanusiaan Anda dalam kehidupan sehari-hari
(Nagamine, 1976)
Pertunjukan
karate di muka umum pertama kali dilakukan oleh Gichin Funakoshi pada tahun
1917 di Butoku-den, Kyoto (Hassel, 1984). Demonstrasi ini dan demonstrasi
berikutnya sangat berkesan bagi banyak orang Jepang, termasuk Putera Mahkota
Hirohito, yang sangat antusias terhadap seni bela diri Okinawa ini. Pada tahun
1922, Dr. Jano Kano, pendiri seni bela diri Judo Jepang mengundang Funakoshi
untuk mempertunjukkan karate di Dojo Kodokan yang terkenal dan dia meminta
Funakoshi tetap tinggal di Jepang untuk mengajarkan karate.
Sekarang terdapat
empat aliran utama dalam karate-do di Jepang, yaitu: Goju-ryu, Shito-ryu,
Shotokan, dan Wado-ryu.
Goju-ryu dikembangkan dari Naha-te,
popularitasnya terutama karena kesuksesan Kanryo Higaoma (1853-1915). Higaoma
membuka dojo di Naha menggunakan delapan bentuk yang dibawanya dari China.
Murid terbaiknya Chojun Miyagi (1888-1953) kemudian mendirikan Goju-ryu “metode
keras lunak” pada tahun 1930. Di Goju-ryu penekanan ditujukan pada kombinasi
antara teknik tangkisan lembut memutar dan serangan balasan yang cepat dan
keras.
Shito-ryu didirikan oleh Kenwa
Mabuni (1889-1952) pada tahun 1928 dan dipengaruhi secara langsung oleh Naha-te
dan Shuri-te. Nama Shito diambil dari kombinasi karakter tulisan Jepang dari
nama guru Mabuni, yaitu Ankoh Itosu dan Kanryo Higaoma. Shito-ryu banyak
menggunakan “kata”, sekitar 50%, dan berkarakteristik penekanan pada penggunaan
kekuatan dalam pelaksanaan latihan.
Wado-ryu “jalan harmoni” didirikan
pada tahun 1939, merupakan sistem karate yang dikembang dari jujitsu dan karate
oleh Hienori Otsuka. Dia mempelajari karate dari Gichin Funakoshi. Aliran
karate ini mengkombinasikan teknik pergerakan dasar dari Jujitsu dengan teknik
menghindar, menekankan pada kelembutan, harmoni, dan disiplin spiritual.
Sumber :
(Diterjemahkan dari
www.kungfulibrary.com)
SEJARAH KARATE INDONESIA
Karate masuk di Indonesia bukan dibawa oleh tentara Jepang
melainkan oleh Mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang kembakli ke tanah air,
setelah menyelesaikan pendidikannya di Jepang. Tahun 1963 beberapa Mahasiswa
Indonesia antara lain: Baud AD Adikusumo, Karianto Djojonegoro, Mochtar Ruskan
dan Ottoman Noh mendirikan Dojo di Jakarta. Mereka inilah yang mula-mula
memperkenalkan karate (aliran Shoto-kan) di Indonesia, dan selanjutnya mereka
membentuk wadah yang mereka namakan Persatuan Olahraga Karate Indonesia (PORKI)
yang diresmikan tanggal 10 Maret 1964 di Jakarta
Beberapa tahun kemudian berdatangan
ex Mahasiswa Indonesia dari Jepang seperti Setyo Haryono (pendiri Gojukai),
Anton Lesiangi, Sabeth Muchsin dan Chairul Taman yang turut mengembangkan
karate di tanah air. Disamping ex Mahasiswa-mahasiswa tersebut di atas
orang-orang Jepang yang datang ke Indonesia dalam rangka usaha telah pula ikut
memberikan warna bagi perkembangan karate di Indonesia. Mereka-mereka ini
antara lain: Matsusaki (Kushinryu-1966), Ishi (Gojuryu-1969), Hayashi
(Shitoryu-1971) dan Oyama (Kyokushinkai-1967).
Karate ternyata memperoleh banyak
penggemar, yang implementasinya terlihat muncul dari berbagai macam organisasi
(Pengurus) karate, dengan berbagai aliran seperti yang dianut oleh
masing-masing pendiri perguruan. Banyaknya perguruan karate dengan berbagai aliran
menyebabkan terjadinya ketidak cocokan diantara para tokoh tersebut, sehingga
menimbulkan perpecahan di dalam tubuh PORKI. Namun akhirnya dengan adanya
kesepakatan dari para tokoh-tokoh karate untuk kembali bersatu dalam upaya
mengembangkan karate di tanah air sehingga pada tahun 1972 hasil Kongres ke IV
PORKI, terbentuklah satu wadah organisasi karate yang diberi nama Federasi
Olahraga Karate-Do Indonesia (FORKI)
.
Sejak FORKI berdiri sampai dengan
saat ini kepengurusan di tingkat Pusat yang dikenal dengan nama Pengurus
Besar/PB. telah dipimpin oleh 6 orang Ketua Umum dan periodisasi
kepengurusannyapun mengalama 3 kali perobahan masa periodisasi yaitu ; periode
5 tahun (ditetapkan pada Kongres tahun 1972 untuk kepengurusan periode tahun
1972 – 1977) periodisasi 3 tahun (ditetapkan pada kongres tahun 1997 untuk
kepengurusan periode tahun 1997 – 1980) dan periodisasi 4 tahun ( Berlaku sejak
kongres tahun 1980 sampai sekarang)
.
Adapun mereka-mereka yang pernah
menjadi Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal (Umum) FORKI sejak tahun 1972 adalah
sbb :
Periode/Masa
Bakti
|
Ketua
Umum
|
Sekretaris
Jenderal/Umum
|
Keterangan
|
1972
– 1977
|
Widjojo Suyono
|
Otoman Nuh
|
Kongres IV PORKI/FORKI 1972 di
Jakarta
|
1977
– 1980
|
S u m a d i
|
Rustam Ibrahim
|
Kongres V FORKI 1977 di Jakarta
|
1980
– 1984
|
Subhan Djajaatmadja
|
G.A. Pesik
|
Kongres VI FORKI 1980 di Jakarta
|
1984
– 1988
|
R u d i n i
|
Adam Saleh
|
Kongres VII FORKI 1984 di Bandar
Lampung
|
1988
– 1992
|
R u d i n i
|
G.A. Pesik
|
Kongres VIII FORKI 1988 di Jakarta
|
1992
– 1996
|
R u d i n i
|
G.A. Pesik
|
Kongres IX 1992 di Jakarta
(Diperpanjang sd 1997)
|
1997
– 2001
|
W i r a n t o
|
Drs. Hendardji -S,SH.
|
Kongres X FORKI 1997 di Caringin
Bogor Jawa Barat
|
2001
– 2005
|
Luhut B. Pandjaitan, MPA.
|
Drs. Hendardji -S,SH.
|
Konres XI FORKI 2001 di Jakarta
|
2005
– 2009
|
Luhut B. Pandjaitan, MPA.
|
Drs. Hendardji -S,SH.
|
Kongres XII FORKI 2005 di Jakarta
|
PB. FORKI beberapa kali mendapat
kepercayaan menyelenggarakan even Internasional diantaranya :
1. Menjadi tuan rumah APUKO II tahun 1976 dilaksanakan di Jakarta.
2. Menjadi tuan rumah APUKO VII tahun 1987 dilaksanakan di Jakarta.
3. Menjadi tuan rumah APUKO Junior tahun 1991 dilaksanakan di Jakarta
1. Menjadi tuan rumah APUKO II tahun 1976 dilaksanakan di Jakarta.
2. Menjadi tuan rumah APUKO VII tahun 1987 dilaksanakan di Jakarta.
3. Menjadi tuan rumah APUKO Junior tahun 1991 dilaksanakan di Jakarta
.
Disamping even-even tersebut PB.
FORKI dipercayakan juga oleh KONI Pusat sebagai penyelenggara pertandingan
karate pada even Sea Games dimana Indonesia menjadi tuan rumah yaitu
masing-masing :
1. Sea Games XIV tahun 1987 di
Jakarta.
2. Sea Games XIX tahun 1997 di Jakarta
2. Sea Games XIX tahun 1997 di Jakarta
Sumber : afrizaladmaza.wordpress.com
.
.
ALIRAN KARATE
SSUEM
Sumber : www.wikipedia.org
ada banyak aliran Karate di Jepang,
dan sebagian dari aliran-aliran tersebut sudah masuk ke Indonesia.
Adapun ciri khas dan latar belakang
dari berbagai aliran Karate yang termasuk dalam "4 besar JKF"
adalah sebagai berikut
Shotokan
Shoto adalah nama pena Gichin Funakoshi, Kan dapat
diartikan sebagai gedung/bangunan - sehingga shotokan dapat
diterjemahkan sebagai Perguruan Funakoshi. Gichin Funakoshi merupakan pelopor
yang membawa ilmu karate dari Okinawa ke Jepang. Aliran Shotokan
merupakan akumulasi dan standardisasi dari berbagai perguruan karate di Okinawa
yang pernah dipelajari oleh Funakoshi. Berpegang pada konsep Ichigeki
Hissatsu, yaitu satu gerakan dapat membunuh lawan. Shotokan menggunakan
kuda-kuda yang rendah serta pukulan dan tangkisan yang keras. Gerakan Shotokan
cenderung linear/frontal, sehingga praktisi Shotokan berani langsung beradu
pukulan dan tangkisan dengan lawan
Goju-ryu
Goju memiliki arti keras-lembut. Aliran ini memadukan teknik
keras dan teknik lembut, dan merupakan salah satu perguruan karate tradisional
di Okinawa yang memiliki sejarah yang panjang. Dengan meningkatnya popularitas
Karate di Jepang (setelah masuknya Shotokan ke Jepang), aliran Goju ini
dibawa ke Jepang oleh Chojun Miyagi. Miyagi memperbarui banyak teknik-teknik
aliran ini menjadi aliran Goju-ryu yang sekarang, sehingga banyak orang yang
menganggap Chojun Miyagi sebagai pendiri Goju-ryu. Berpegang pada konsep bahwa
"dalam pertarungan yang sesungguhnya, kita harus bisa menerima dan
membalas pukulan". Sehinga Goju-ryu menekankan pada latihan SANCHIN atau
pernapasan dasar, agar para praktisinya dapat memberikan pukulan yang dahsyat
dan menerima pukulan dari lawan tanpa terluka. Goju-ryu menggunakan tangkisan
yang bersifat circular serta senang melakukan pertarungan jarak rapat
Shito-ryu
Aliran Shito-ryu terkenal dengan
keahlian bermain KATA, terbukti dari banyaknya KATA yang diajarkan di aliran
Shito-ryu, yaitu ada 30 sampai 40 KATA, lebih banyak dari aliran lain. Namun
yang tercatat di soke/di Jepang ada 111 kata beserta bunkainya. Sebagai
perbandingan, Shotokan memiliki 25, Wado memiliki 17, Goju memiliki 12 KATA.
Dalam pertarungan, ahli Karate Shito-ryu dapat menyesuaikan diri dengan
kondisi, mereka bisa bertarung seperti Shotokan secara frontal, maupun dengan
jarak rapat seperti Goju
Wado-ryu
Wado-ryu adalah aliran Karate yang
unik karena berakar pada seni beladiri Shindo Yoshin-ryu Jujutsu, sebuah aliran beladiri Jepang yang
memiliki teknik kuncian persendian dan lemparan. Sehingga Wado-ryu selain
mengajarkan teknik Karate juga mengajarkan teknik kuncian persendian dan
lemparan/bantingan Jujutsu. DIdalam pertarungan, ahli Wado-ryu menggunakan
prinsip Jujutsu yaitu tidak mau mengadu tenaga secara frontal, lebih banyak
menggunakan tangkisan yang bersifat mengalir (bukan tangkisan keras), dan
kadang-kadang menggunakan teknik Jujutsu seperti bantingan dan sapuan kaki
untuk menjatuhkan lawan. Akan tetapi, dalam pertandingan FORKI dan JKF, para
praktisi Wado-ryu juga mampu menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada dan
bertanding tanpa menggunakan jurus-jurus Jujutsu tersebut.
Sedangkan aliran Karate lain yang
besar walaupun tidak termasuk dalam "4 besar JKF" antara lain adalah
Kyokushin
Kyokushin tidak termasuk dalam 4 besar Japan
Karatedo Federation. Akan tetapi, aliran ini sangat terkenal baik di dalam
maupun diluar Jepang, serta turut berjasa memopulerkan Karate di seluruh dunia,
terutama pada tahun 1970an. Aliran ini didirikan oleh Sosai Masutatsu Oyama.
Nama Kyokushin mempunyai arti kebenaran tertinggi. Aliran ini
menganut sistem Budo Karate, dimana praktisi-praktisinya dituntut untuk berani
melakukan full-contact kumite, yakni tanpa pelindung, dan menyerang
secara frontal, untuk mendalami arti yang sebenarnya dari seni bela diri karate
serta melatih jiwa/semangat keprajuritan (budo), aliran ini juga sering dikenal
sebagai salah satu aliran karate paling keras. Tidak seperti kebanyakan aliran
karate yang sudah berfokus pada olahraga, dimana dalam pertandingannya
menerapkan sistem tidak kontak langsung dan hasil yang ditentukan oleh poin,
Kyokushin masih berpegang teguh pada sistem tradisional, terlihat dari sistem
pertandingan kumite pada kejuaraan Kyokushin yang menerapkan pertarungan full
contact dan boleh membuat Knock Out (KO) lawan. Aliran ini menerapkan hyakunin
kumite (kumite 100 orang) sebagai ujian tertinggi, dimana karateka diuji
melakukan 100 kumite berturut-turut tanpa kalah. Sosai Oyama sendiri telah
melakukan kumite 300 orang. Adalah umum bagi praktisi aliran ini untuk
melakukan 5-10 kumite berturut-turut
Shorin-ryu
Aliran ini adalah aliran Karate yang
asli berasal dari Okinawa. Didirikan oleh Shoshin Nagamine yang didasarkan pada
ajaran Yasutsune Anko Itosu, seorang guru Karate abad ke 19 yang juga adalah
guru dari Gichin Funakoshi, pendiri Shotokan Karate. Dapat dimaklumi bahwa
gerakan Shorin-ryu banyak persamaannya dengan Shotokan. Perbedaan yang mencolok
adalah bahwa Shorin-ryu juga mengajarkan bermacam-macam senjata, seperti
Nunchaku, Kama dan Rokushaku Bo
Uechi-ryu
Aliran ini adalah aliran Karate yang
paling banyak menerima pengaruh dari beladiri China, karena pencipta aliran
ini, Kanbun Uechi, belajar beladiri langsung di provinsi Fujian di China. Oleh
karena itu, gerakan dari aliran Uechi-ryu Karate sangat mirip dengan Kungfu
aliran Fujian, terutama aliran Baihequan (Bangau Putih).
Sumber : www.wikipedia.org
Langganan:
Postingan (Atom)